Sabtu, 12 Januari 2019

Cintailah Negeri Indonesia (Kewarganegaraan)

Edit Posted by with No comments
CINTAILAH NEGERI INDONESIA
Mencintai bangsa Indonesia adalah hal yang sangat wajar, apalagi bagian dari bangsa Indonesia itu sendiri. Dan mencintai bangsa Indonesia bukan berarti hanya diwujudkan dengan melakukan upacara bendera saja yang berdiam diri menghadap bendera merah putih, melainkan lebih dari itu.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan demi mewujudkan rasa cinta kita terhadap tanah air dan bangsa ini, yaitu sebagai berikut:
Bangga menjadi orang Indonesia
Rasa bangga terhadap tanah air merupakan salah satu hal yang mencerminkan bahwa cinta akan tanah air Indonesia. Jika sudah tertanam rasa cinta dan bangga terhadap tanah air Indonesia, kita akan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa ini. Kita akan selalu menjaga nama baik Indonesia dan memperjuangkannya.
Menggunakan Produk dalam negeri
Dengan kita memakai produk dalam negeri, berarti kita disana berusaha mencintai segala sesuatu yang berasal dari Indoesia, selain itu juga dengan kita menggunakan produk dalam negeri secara tidak langsung kita membantu melancarkan pembangunan di Indonesia.
Mentaati peraturan
Aturan adalah hal yang sering kita dengar, bahkan dalam kehidupan sehari-hari aturan sangatlah diperlukan. Dengan mentaati aturan berarti kita peduli akan kelangsungan kehidupan yang damai.
Kemajuan bangsa Indonesia dalam bidang ilmu dan teknologi seyogyanya bisa memberikan kemajuan yang baik pula bagi bangsa Indonesia dalam hal moralitas dan tindakan bernegara. Halnya korupsi bukan hanya merugikan satu atau dua orang yang menjadi korban tindakan tersebut, tapi juga merugikan bangsa dan negara ini dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Masyarakat dengan tingkat korupsi yang tinggi memperlihatkan bahwa negara ini memiliki moralitas yang rendah yang akan berpengaruh terhadap tindakan ekonomi dan lainnya. Dengan tindakan tersebut akan banyak khalayak yang miskin, sehingga bisa jadi mereka lebih memilih untuk mencuri, merampok dan melakukan hal yang negative untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, tindakan mentaati peraturan merupakan salah satu cara mencintai Indonesia.
Membayar pajak
Anda mau dikatakan orang bijak? Marilah membayar pajak, dengan begitu kita telah melancarkan pembangunan Indonesia.

Itulah hal yang sederhana untuk mewujudkan bahwa kita mencintai negeri kita tercinta INDONESIA. Namun perlu pengorbanan yang besar, sebagaiamana para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan KEMERDEKAAN INDONESIA.

Senin, 07 Januari 2019

CINTA NEGERI INDONESIA

Edit Posted by with No comments

KENAPA SIH HARUS CINTA INDONESIA???

Indonesia adalah sebuah negara agraris yang berkepulauan dari sabang sampai merauke. Dari jumlah pulau yang beribu-ribu, jarak ratusan bahkan jutaan mil yang membentang berbagai kekayaan. Kekayaan alam, budaya, satwa, manusia dan lainnya. Yang ditanyakan apakah kamu bangga atau cinta dengan negara mu? Negara Indonesia?.
Tentunya sebagai bagian dari Indonesia, patut kita bangga berada dan menjadi bagian di negara yang kaya akan segalanya dan patut kita syukuri apa yang telah negara kita miliki. Ingat kita mempunyai tempat berpijak, tempat dimana kita dilahirkan, dibesarkan. Disinilah dimana kita hendak memulai cinta, memulai tumbuh dan hidup untuk bisa bersaing dengan dunia yang katanya memang sangat keras.
Bila ada yang bertanya kenapa kita harus mencintai bangsa Indonesia?. Apasih motivasi terbesar yang membuat masyarakat Indonesia wajib mencintai negara dan bangsanya? Jawabanya tentu adalah perjuangan para pahlawan yang berperang sekuat tenaga untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada generasi penerusnya, yakni masyarakat Indonesia yang ada pada saat ini, seperti halnya kita sebagai mahasiswa yaitu Agent of Change. Bayangkan dahulu para pahlawan meninggalkan sanak dan istrinya hanya untuk berperang meraih kemerdekaan dan hal itu tidaklah mudah untuk didapat, para pahlawan dahulu sampai menaruhkan nyawa untuk Indonesia, betapa sedihnya ketika anak dan istrinya ditinggalkan dan itulah yang dinamakan sebuah pengorbanan untuk NEGARA TERCINTA INDONESIA. Dengan demikian tidak hanya mencintai karena keindahan alamnya saja atau berbagai kelebihan lainnya. Akan tetapi mencintai juga karena berbagai kekurangan yang harus dibenahi oleh masyarakat. Bayangkan saja Negara adalah bagian dari sesuatu yang mengalir di raga kita (darah) yang selalu kita bawa hingga kita sudah meninggal dunia.  Sampai kapan pun negara tidak bisa dilepaskan dari identitas kita. Karena Negara adalah roh yang menyatu dengan raga kita.
Sebagai bagian dari Negara Indonesia, kita harus bangga karena dilahirkan dan menjadi orang Indonesia, banyak cara untuk mencintai Indonesia. Wujud cinta Indonesia bisa dilakukan dengan hal-hal yang sederhana atau dimulai dari hal-hal yang terkecil, misalnya merasa bertanggung jawab atas lingkungan kita. Dan rasa cinta kita sebaiknya ditunjukan dengan hal-hal yang bersifat aplikatif, yaitu dengan bekerja dan turun langsung untuk menjaga dan melindungi tanah air Indonesia.

Sabtu, 22 Desember 2018

Pendidikan Kewarganegaraan BELA NEGARA ZAMAN NOW

Edit Posted by with 1 comment

BELA NEGARA ZAMAN NOW

Indonesia begitu kaya akan segalanya, keragaman bahasa, budaya, suku bahkan kekayaan alam.nya. Kita semua baik generasi zaman old maupun generasi zaman now wajib membelanya. Selain amanah UUD 1945 dan sudah sepantasnya mecintai dan merawat  indonesia sebagai wujud nyata bela negara.
Beberapa hari yang lalu, kamis 19 Desember kemarin ialah hari Bela Negara dimana hari Bela Negara ini merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Sejarah menjadikan kita belajar serta memaknai akan menghargai perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya memperingati hari bela negara bagaimana pun caranya. Hal seperti ini sudah seharusnya  tertanam pada kesadaran diri sendiri. Kesadaran bela negara ini penting untuk diamalkan dalam diri setiap warga Negara Indonesia.
Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut, bela negara ini merupakan keniscayaan bukan hal yang baru, ini sudah ada sejak bangsa Indonesia berdiri, dulu para pahlawan untuk merebut kemerdekaan dengan cara berperangan, berbeda halnya sekarang. Hal apa yang harus dilakukan ? sebagai pemuda khususnya Mahasiswa yang mempelopori Agent of Change harus mampu membuat strategi-strategi untuk bela negara. Apakah kita harus berperang juga? jawabannya tidak....
Lalu dengan cara apa ? kita simak terlebih dahulu ppentingnya  bela negara dan bentuk bela negara seperti apa yang harus dilakukan di zaman sekarang ini.
Beberapa alasan mengapa bela negara itu penting.
1.       Untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman
2.       Untuk menjaga keutuhan wilayah negara
3.       Merupakan panggilan sejarah
Dan kita mengetahui bahwa sejarah Indonesia merupakan sejarah para pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk mempertahankan NKRI. Dan tentunya ini merupakan kewajiban setiap warga negara.
Kembali ke hal sebelumnya, dengan cara seperti apa yang harus dilakukan saat ini untuk membela negara? Meski kita sudah tidak lagi menggunakan senjata tajam untuk mempertahankan negara dari emprealisme dan ekspansi asing namun upaya untuk serta berperan aktif dalam membela negara dapat dilakukan saat ini salah satunya dengan menangkal berita HOAX.

 Seperti yang kita ketahui bahwa HOAX  adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi seolah-olah benar adanya, biasanya hoax ini merupakan cara yang dilakukan oleh orang individu maupun sekelompok orang yang berusaha menjatuhkan dan merendahkan orang lain atau pihak tertentu.
Nah....... jadi sebagai mahasiswa saat yang harus dilakukan bukanlah berperang seperti zaman dulu yang berbendong-bondong perang dengan mengunakan senjata. Akan tetapi, dengan beredarnya berita HOAX kita sebagai mahasiswa harus berperan aktif untuk menangkal berita HOAX yang dapat memperpecah dan memperbelah bangsa.
Beberapa cara dalam menangkal berita HOAX. Pertama yaitu  hati-hati dengan judul yang provokatif, biasanya berita ini seperti menuding pihak tertentu. Apabila menemukan berita provokatif,  yang harus dilakukan ialah cari berita yang sama dari situs yang resmi. Kedua cermati alamat situs. Dan yang ketiga Periksa fakta.

AYO BELA NEGARA



Senin, 17 Desember 2018

PERAN GENERASI MILINEAL DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Edit Posted by with No comments
Eneng Fitri Handayani
Segala sesuatu di dunia ini mengalami perubahan, dan tidak ada yang berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan selalu membawa manusia dari generasi ke generasi menuju perkembangan zaman. Lantas bagaimana Indonesia? Bukankah sudah mengikuti perkembangan? Indonesia yang berkependudukan mencapai 265 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan. Seharusnya mampu mengimbangi perubahan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengalami perkembangan dari tahun ke tahun sejak Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. ini tidak dapat dipungkiri Industri 4.0 sudah di depan mata. Bahkan revolusi industri generasi keempat ini telah terdengar nyaring dibicarakan di Indonesia.
Indonesia kini menghadapi era Industri 4.0, yang ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi. Namun, tidak banyak yang mengetahui hal ini, artian lain bahwa belum semua lapisan masyarakat menyadari konsekuensi logis atau dampak dari perubahan-perubahan yang ditimbulkannya. Revolusi industri 4.0 tidak hanya mengubah industri, namun juga pekerjaan, cara berkomunikasi, berbelanja, bertransaksi, hingga gaya hidup. Bahkan, fakta-fakta perubahan itu masih sering diperdebatkan. contohnya, banyaknya toko konvensional di pusat belanja yang tutup dengan argumentasi bahwa kecenderungan itu disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Padahal, toko-toko konvensional memang mulai menghadapi masalah serius atau minim pengunjung karena sebagian masyarakat lebih memilih sistem belanja online. Dari mulai belanja baju, sepatu dan kebutuhan lainnya hingga membeli makanan pun semuanya menggunakan sistem online karena lebih hemat dan murah.
Di Era Industri 4.0 akan terus menghadirkan banyak perubahan yang tidak bisa dicegah. Dengan demikian perlu diberikannya pemahaman-pemahaman yang mampu merespon perubahan-perubahan tersebut. Lalu apa peran kita sebagai Mahasiswa yang mempunyai peran Bela Negara di zaman milenial dalam menghadapi industri 4.0?
Selain pemerintah mencanangkan program Making Indonesia 4.0 yang merupakan peta jalan (roadmap). Disini kaum milineal sangat mempunyai peran penting pada industri 4.0 yang dapat bersaing di masa yang akan datang, karena industri 4.0 ini memiliki peluang yang besar terhadap kehidupan, banyak kemudahan yang diperoleh dengan adanya dukungan teknologi digital yang canggih. Namun demikian, juga memiliki dampak negatif peran manusia setahap demi setahap diambil alih oleh mesin, dan akhirnya terjadi jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Hal ini merupakan sebuah masalah yang benar-benar harus diperhatikan. Oleh karena itu untuk menjawab peluang dan tantangan industri 4.0 generasi milineal harus mampu meningkatkan skill dalam mengolah dan menganalisis semua permasalahan dengan peningkatan kompetensi, kemampuan kerjasama terutama dalam menguasai teknologi dan kemampuan untuk terus belajar terhadap perubahan lingkungan. Tidak hanya itu, pembekalan-pembekalan sejak dini pun seperti pendidikan formal maupun informal untuk menunjang perubahan industri 4.0 merupakan hal yang terpenting. Teknologi yang semakin mudah terakses hingga ke pelosok-pelosok menyebabkan semua orang dapat dengan mudah terhubung dengan media sosial bahkan saling berinteraksi. Menurut Airlangga, Menteri Perindustrian RI dan inisiator Indonesia 4.0, sekaligus Ketua Umum Golkar, Indonesia memerlukan sekitar 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi digital pada tahun 2030. Timbulah pertanyaan, kenapa harus 17 Juta? Karena seperti yang dijelaskan di Era Industri 4.0 ini banyak sekali peluang dan tantangan yang akan dihadapi.
Dengan demikian, kesadaran Bela Negara itu penting untuk ditanamkan kepada seluruh warga negara dan sejalan dengan program Revolusi Mental yang dicanangkan pemerintah sekaligus membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi berbagai masalah serta ancaman guna mewujudkan pertahanan nasional yang tangguh.


Senin, 03 September 2018

Edit Posted by with No comments

AYAH


                                                            Karya : Eneng Fitri Handayani

Awan yang berubah menjadi abu hitam
Membuatku takut akan malam itu
Rintiknya hujan Malam
Mengantarkan kerinduan yang erat
Gemericiknya air berjatuhan
Mengantarkan rasa ingin memelukmu

Andai.. kau masih ada disampingku, bersamaku, berkumpul dengan kami
Malampun tak akan sesunyi ini
Andai.. kau masih ada disampingku, bersamaku, berkumpul dengan kami
Ku peluk erat dirimu hingga ku tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk kali ini

Tapi....
Takdir berkata lain,  kita berada di tempat yang berbeda
Semoga kau tenang dalam kerinduanku yang amat cinta

Ayah....
Kau kan selalu ku kenang
Kau kan selalu ku simpan
Karena kau adalah pahlawanku.

Ayah....
Inginku gapai tanganmu
Inginku bahagiakanmu
Tapi kini ku hanya bisa mendoakanmu

Ayah...
Puisi ini ku tunjukan untukmu, semoga kau berada di tempat yang Allah Ridhoi

Selasa, 28 November 2017

Anugerah Kehidupan

Edit Posted by with No comments
Karya :Eneng Fitri Handayani
Anak Sulung dari bapak Abdullah dan ibu Aminah ini merupakan anak yang menurut teman-temanya baik, sopan santun dan ramah. Selain itu, dia juga suka menolong orang yang sedang kesusahan. Dia dididik dan dibina oleh orangtuanya dari kecil supaya menjadi orang yang mempunyai budi pekerti yang baik, wajar apabila banyak teman yang mendekatinya. Dia adalah Hana Mumtazah yang artinya bunga Istemewa. Kedua orangtuanya memberi nama Hana Mumtazah agar kelak nantinya Hana tumbuh dewasa dipandang sebagai orang yang istimewa khususnya dimata Allah SWT.
Dia juga memiliki adik yang duduk di kelas 3 SD yaitu Naura Mumtazah. Dia sangat bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT, baginya hidup adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah SWT. Tidak ada kehidupan yang manis, lancar serta mulus, melainkan dalam kehidupan pasti banyak ujian, cobaan maupun rintangan. Namun dia selalu berfikir bahwa segala sesuatu yang menimpa keluarganya adalah suatu hal yang positif, dimana Allah SWT sedang menguji umatnya seberapa besar mereka bersabar.
Cita-citanya sangat mulia, selain membahagiakan kedua orangtua dan niat untuk  menyekolahkan adiknya setinggi mungkin hingga menjadi orang yang terdidik, dia juga berniat untuk menjadi seorang donatur di sebuah pondok pesantren serta ingin menjadi wirausahawan muda.
Hari mulai redup, sang surya mulai terbenam, usai melaksanakan kewajiban 5 waktunya. Gadis ini tertidur dengan lelapnya. Tepatnya pukul 03:10 ponselnya pun berdering dengan lantunan ayat suci al-Qur’an¸ bukan pangilan telephone, atau pun sms yang membuat Hana terbangun. Tapi panggilan untuk melaksanakan sholat malam. Hana pun langsung bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan langsung melaksanakan sholat tahajud serta berdoa kepada Allah.
 “Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku. Berikanlah yang terbaik bagiku dan bagi orangtuaku, jadikanlah kami orang-orang yang mulia dihadapan-Mu serta lindungilah kami dari marabahaya. Berikanlah kami rizki yang halal yang mampu untuk beribadah kepada-Mu. Amin ya Allah ya Rabbal’Alamin”. Kata Hana.
Sholat malamnya pun selesai, dia bergegas menyiapkan beberapa perlengkapan yang akan dibawa ke kampus. Karena hari itu merupakan hari dimana Hana pertama kali masuk kuliah. Dia kuliah di tempat dimana orang-orang mengatakan perkuliahan elit, yang bisa dikatakan peerkuliahan orang kaya. Bukan karena orang kaya Hana dapat melanjutkan pendidikannya tetapi, dengan tekad yang tinggi dan dukungan orangtua yang sangat luar biasa yang membuat Hana bangkit untuk masa depannya.
“Betapa menyenangkannya menjadi orang kaya, mungkin hidupku serba kecukupan dan apapun yang diinginkan pasti akan terpenuhi.” Katanya dengan penuh harap.  
“Hana kamu belum berangkat sayang?.” Kata ibu mengusap-ngusap pundak Hana.
 “Iya bu, Hana sekarang mau berangkat.”Ujar Hana.
Hana pun mencium tangan ibunya dan pergi berangkat menggunakan angkutan umum. Sesampainya di kampus tak lama kemudian bel pun berbunyi (tet..... tet.....tet....) tandanya seluruh mahasiwa baru diperkenankan untuk berkumpul di lapangan mendengarkan aturan dan tatat tertib yang ada di kampus. Usailah sudah pengumuman dibacakan oleh Dosen yang menurut kaum hawa adalah dosen terganteng di kampus ini beliau bernama bapak Arfanullatif yang sering dipanggil bapak Arfan.”Untuk seluruh mahasiswa baru diperbolehkan untuk bristirahat.” Katanya.
Anak-anak pun beristirahat. Ada yang jajan, bercanda, dan lain sebagainya. Sedangkan Hana melamun dibawah pohon yang rindang, matanya mulai berkaca-kaca dan meneteskan air mata, ternyata dia memikirkan sosok laki-laki yang dikaguminya yaitu ayahnya yang bekerja keras untuk anak-anaknya.
“Tak seberapa penghasilan orangtuaku yang berprofesi sebagai buruh bagunan, tapi ayahku sangat mempunyai tekad yang tinggi untuk bisa menyekolahkan anaknya.” Ujar Hana dalam hatinya.
Tiba-tiba datang seorang laki-laki menghampiri gadis yang di bawah pohon rindang itu, sekaligus bertanya kenapa dia menangis.
“Hai, kenapa nangis? Kenalkan aku Azka.” Menyodorkan tangannya.
“Hai juga, aku Hana. aku nggak nangis kok.” Mengusap air matanya.
Suara adzan dzuhur pun berkumandang, saatnya melaksankan sholat empat roka’at. Hana adalah seorang yang tegar dia tidak mau memperlihatkan perasaan sedihnya kepada orang lain.
“Sudah adzan mari kita sholat terlebih dahulu.”Ujar Hana mengalihkan pembicaraan.
 “Iya mari.”Tegas Azka. Empat rokaatnya selesai dilalui, tak terasa waktu menunjukkan pukul 14:30 gadis yang berkerudung biru ini menunggu jemputan mobil berwana biru tua yaitu angkutan umum. Hana sangat senang sekali bisa berkuliah, dia menikmati hari-harinya dengan belajar dan belajar. Hana tidak terlalu pintar, tapi rasa ingin tau Hana sangat tinggi, namun Hana orangnya pelupa. Tapi wajar al-insanu mahallul khotho wannisyan, manusia tidak luput dari salah dan lupa.
Beberapa menit kemudian angkutan umum pun datang. (Hana bergegas naik ke dalam angkutan umum tersebut).
sesampainya dirumah....
“Assalamua’laikum.”Ujar Hana mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam, kaka udah pulang?.” Ujar Naura sang adik membuka pintu.
“mana ayah dan ibu?” Tanya Hana.
Naura tiba-tiba terdiam seakan-akan dia menyembunyikan sesuatu dan bicaranya pun terpohok-pohok.”Anu kak ...ibu... anu kak...” Kata Naura dengan hati yang kebingungan. “Kenapa? Ada apa dengan ibu?.” Tanya Hana.
Tidak berpikir dua kali dan tanpa memperhatikan jawaban Naura, Hana pun bergegas pergi ke kamar sang ibu, tas yang awalnya digendong oleh Hana terjatuh karena melihat ibunya yang terbaring kesakitan. Hana terdiam dan memikirkan apa yang akan terjadi pada keluarganya.
Tiba-tiba Naura yang masih kecil tidak tahu situasi dan kondisi keluarga meminta sesuatu kepada ayahnya.
“Ayah Naura ingin ponsel baru.” Kata Naura dengan polosnya.
“Naura sayang, dengar ayah baik-baik yah. Kehiduapan tidak selamanya manis nak, kehidupan adakalanya pahit. Dan sekarang keluarga kita sedang dalam keadaan berkecukupan, Naura sabar ya keluarga kita sedang di uji kesabaran.” Ujar sang ayah menasehati.
“Iya ayah maafin Naura.” Ujar Naura menundukan kepala.
Hari demi hari dilewati oleh keluarga bapak Abdullah. Hana sebagai anak pertama dia membatu ibunya yang sedang sakit, segala pekerjaan rumah di bersihkan oleh Hana. Selain itu, Hana juga sangat menikmati kuliahnya sampai akhirnya UAS pun akan segera dilaksanakan. Untuk mendapatkan kartu UAS semua mahasiswa harus menyelesaikan pembayaran. Termasuk Hana, dia bingung harus bilang apa pada ayahnya dalam waktu tiga hari harus ada uang untuk membayar SPP bulanan. Terpakasa Hana membicarakan pada ayahnya.
“Ayah maaf, Hana mau ngasih ini pada ayah.” Menyodorkan selembaran kertas yang isinya tunggakan pembayaran.
”ini apa? Surat bayaran?.” Tanya ayah.
Dengan hati yang tidak tega, terpaksa Hana memberitahukan kepada ayahnya.
“Iya yah, maafin Hana. Hana sebagai anak pertama rela untuk berhenti kuliah dan akan mencari kerja untuk membantu ekonomi keluarga.” Tegasnya.
Bapak Abdullah sebagai ayah Hana terkesipuh dengan kata-kata Hana.
”Hana, berapa besar biaya kuliah mu akan ayah bayar asalkan kamu jujur dan kamu mau sungguh-sunguh dalam belajar. Ayah kagum dan sangat menghargai dengan tanggung jawabmu, tapi ayah tidak terima kalau kamu sampai putus kuliah dan sampai akhirnya bekerja di usiamu yang masih remaja ini.” Jawab ayah dengan bijaksana.
Kelopak mata bapak Abdullah mulai memerah, matanya mulai berkaca-kaca, tidak seperti biasanya bapak Abdullah mengeluarkan air mata. Sang ayah yang bijak ini pergi ke halaman belakang dan mengeluarkan air mata, bapak Abdullah bingung dan risau bagaimana cara mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu yang singkat. Bahkan dia sudah janji kepada Hana untuk membayarnya.
Tidak lama kemudian, adzan isya berkumandan,  Pak Abdullah langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat isya.
“Ya Allah berilah hamba ketabahan dalam menghadapi ini semua,   aku yakin pada-Mu setiap manusia sudah diberi rezekinya masing-masing. Kau lah tempat meminta mudahkanlah segala urusan duniawi hambamu ini ya Rabb.” Ujar bapak Abdullah dalam hati seraya berdoa.
Dibalik pintu kamar yang mulai rapuh, Hana mengintip sang ayah dari lubang kecil pintu tersebut dan  mendengarkan do’a ayahnya, dia terus menerus menangis, tetesan air matanya terus mengalir. Hana bingung harus mencurahkan isi hatinya pada siapa. Pada adiknya tidak mungkin, karena ini bisa membuat adiknya menjadi ikut memikirkan hal yang seharusnya dia tidak pikirkan. Dan pada akhirnya tempat untuk mengadu Hana adalah yang Maha Kuasa.
Hari mulai cerah, secerah wajah Hana dengan pipi yang merona memikat para lelaki di kampusnya. Pukul 07:23 Hana sudah berada di Kampus, seperti biasa dia duduk di bawah pohon yang rindang, dimana menurutnya pohon ini adalah pohon yang membawa kesejukan hati, ketentraman jiwa serta dimana ia pertama kali kenal dengan seseorang lelaki tampan yaitu Azka. Hanya Allah yang menghendaki cinta, rasa cinta adalah fitrah yang dimiliki oleh setiap orang, dekat dan semakin dekat Hana dan Azka mulai mempunyai rasa satu sama lainnya. Saat itu Hana merasakan jatuh cinta pandangan pertama serta hari-harinya selalu ditemani dengan guyonan gombal yang membuat hati Hana selalu baper.
“Aku heran sama kamu Han, kamu pasti saja selalu ada di tempat ini, oh iya aku tahu kamu sedang menunggu pangeran ya?” Ujar Azka dengan candanya. “
Isss... ngaur kamu, pohon ini bagiku adalah penyejuk hati.” Kata Hana.
Rupanya Azka terdiam sejenak dan memikirkan kata penyejuk hati yang dikatakan oleh Hana. “Penyejukan hati? Apa kenangan pertama ketemu denganku?” Ujar Azka candaannya.
Mereka saling mencintai satu sama lain, tapi mereka tidak pernah mencurahkan rasa isi hatinya dan alasan mereka tidak mau mencurahkan isi hatinya karena dalam diri mereka tidak mau pacaran.  
“Iya maaf ya bercanda kok . heee kenapa sih Na, nangis? Ada masalah? cerita dong kita kan sudah kenal lama.” Ujar Azka yang kepo.
 Mau tidak mau Hana terpaksa menceritakan kepada Azka.
Hmmmm.... gini Ka, aku bingung aku belum bayar angsuran bulan ini, sementara UAS sudah mulai dekat. Aku kasihan pada ayah, dalam jangka waktu yang singakat ia harus mencari uang sebesar itu.” Ujar Hana.
“Ohh itu toh masalahnya, Hana aku mau tanya sama kamu, kamu yakin tidak akan yang Maha Kuasa bahwa setiap orang diberikan rezekinya masing-masing?” Kata Azka dengan tegas.
Merenung sekejap, “Makaasih ya Ka, atas nasihatnya.” Kata Hana.
” Maka dari itu, gak usah bingung nanti juga ada kok, dalam kesulitan pasti ada kemudahan yakin deh alhaqqul yaqin.”Ujar Azka.
Suara adzan maghrib pun berkumandang (Allahu akbar Allahu akbar.........). Hana dan Azka melaksanakan sholat terlebih dahulu yang di imami oleh pak Arfanullatif dosen yang paling ganteng di kampusnya. Waktunya pulang, Azka mengantarkan Hana pulang. Dan sampai nya di rumah, sebelum Hana menyimpan tas hitamnya dia di panggil oleh ayah dan ibunya ke ruang tamu.
Sang ibu yang akhir-akhir ini terbaring sakit di kasur tidak bisa apa-apa, kini memaksakan untuk pergi ke ruang tamu hanya untuk menyampaikan sesuatu pada Hana.
“Hana ini adalah uang untuk membayar angsuran bulan ini, bayarkan yah.” Kata ibu dengan semangatnya.
“Ibu, ayah dapat uang dari mana?.” Tanya Hana dengan heran dan penasaran. 
“Sudahlah yang penting uang ini didapatkan dengan halal. Besok kamu bayarkan dan kamu bisa mengikuti UAS. Semangat UAS nya sayang.” Ujar ayah menyemangati.
Tidak lupa selalu bersyukur dan bersyukur atas pemberian Allah SWT. Suasana yang hening dan penuh kedamaian, tiba-tiba ponsel mungil yang dimilki Hana berdering seperti biasa dia menggunakan melodi islami dan ternyata panggilan dari temannya yaitu Azka. Hana pamit kepada ayah dan ibunya ke kamar untuk mengangkat telepon dari Azka.
“Assalamu’alaikum Hana. Bagaimana lusa siap UAS nya?.” Kata Azka
 “Waalaikumsalam Azka, InsyaAllah siap, Azka benar kata kamu kita tidak perlu bingung, Allah sudah memberikan rezeki pada setiap masing-masing umatnya. Buktinya pas aku datang ke rumah ayah dan ibu langsung memberikan uang padaku untuk bayar angsuran bulanan, dan akhirnya aku bisa mengikuti UAS juga.” Ujar Hana dengan senang.
Satu jam kemudian, dengan asyiknya mereka mengobrol tiba-tiba ponsel mereka terputus karena ponsel yang dikenakan Hana baterainya lemah. (tut...tut...tut...)
Tiga hari kemudian......
Ujian pun berlangsung dan berjalan dengan lancar sampai akhir, dan saatnya menunggu pembagian nilai. Tidak di sangka-sangka ternyata nilai Hana sangat bagus, bahkan lebih bagus dari semua teman-temannya. Orangtua mana yang tidak bangga mempunyai anak seperti Hana. Termasuk kedua orangtua Hana sangat bangga akan prestasinya.
“Makasih ya Hana sudah menjadi yang terbaik buat ayah dan ibu. Hana kamu yang rajin lagi belajar ya jangan seperti ayah yang hanya pekerja buruh. Kamu harus menjadi orang yang beguna, orang yang bermanfaat dan kamu harus menjadi orang yang sukses. Ayah akan selalu mendukungmu nak.” Ujarnya.
...........LUKA YANG DALAM..........                                                                   
Hari demi hari semua ujian pahit manis dilewati oleh Hana dan keluarga. Kumpul bersama, susah bersama, canda guyonan bersama dan sampai akhirnya luka yang dalam menyakiti Hana dan keluarga.
Hana harus kehilangan ayah tercintanya, ayah yang selalu menasihatinya. Hana tidak bisa berkata apa-apa, bibirnya tertutup rapi hanya aliran air dari matanya yang kian menerus mengalir. Ibu Aminah, Naura dan Hana sangat syok melihat kain putih menyelimuti sang ayah mereka sangat sedih melihat jasad ayahnya yang terbaring tidak bernyawa. Hati mulai bergebu-gebu pikiran Hana kacau dia tidak bisa berbuat apa-apa, takdir yang telah menentukan ini semua. Di usia 19 tahun ini Hana harus hidup tanpa ayah, semua ini sudah menjadi kehendak yang Maha Kuasa, tidak ada yang berani menentang kehendak-Nya. Ibu Aminah istri dari bapak Abdullah tidak sadarkan diri mendengar meningglanya bapak Abdullah. Ia hanya bisa menangis dan terus menangis.
“ Ya Allah kenapa ayah ku diambil dengan sangat cepat, di usia ku yang masih muda ini aku belum bisa membahagiakan ayahku.” Ujar Hana dalam hati.
Bapak Abdullah terkenal dengan keabidannya atau sering dikatan orang lain beliau adalah seorang ahli ibadah. Bapak Abdullah orang yang sangat baik peduli pada sesama. Bapak Abdullah pergi meninggalkan keluarga dengan tiba-tiba, tidak sakit ataupun ada tanda-tanda ilafat lainya. Tetapi takdir sudah berkata lain bapak Abdullah harus pergi meninggalkan ibu Aminah dan anak-anaknya.
“Ya Allah kenapa ini semua terjadi, aku belum bisa menjadi yang terbaik bagi suamiku. Andai waktu bisa kembali lagi aku akan selalu disampingnya, mengayominya.” Ujar ibu Aminah. Naura anak bungsu dari bapak Abdullah sangant terpukul ia harus kehilangan sang ayahnya diusia yang seharusnya mempunyai kasih sayang yang lebih dari sosok ayah.
“Bu, kenapa ayah pergi meninggalkan kita. Naura butuh ayah, naura ingin selalu ada ayah yang
melindungi kita.” Ujarnya menangis tanpa henti.
“Sayang ini semua takdir, kita tidak patut untuk menentang takdir-Nya.” Katanya berusaha tegar.
Ibu Aminah dan anak-anak awalnya tidak menerima dengan kepergian bapak Abdullah dengan secara tiba-tiba. Tetapi ibu Aminah ingat ini semua takdir yang Maha Kuasa.
Banyak orang berdatangan untuk melayad termasuk Saila teman dekat Hana dan teman-teman seperjuangan kampus Hana.
“Hana yang sabar yah. Ini sudah menjadi ketentuan yang Maha Kuasa, kamu harus tegar dan
tabah denga semua ini.” Ujarnya menyemangati.              
“Makasih ya Saila dan teman-teman, terimakasih sudah datang. InsyaAllah Hana Kuat menghadapi semua ini.” Ujarnya.
Tidak lama kemudian, teman-teman Hana pun pulang. Hana hanya bisa terdiam dan menagis, dia harus rela dengan kepergian ayahnya dengan secepat ini.
Qullun Nafsin Da’iqutul maut.
Setiap manusia pasti akan mengalami yang namanya kematian. Termasuk makhluk hidup di dunia ini. Mati bukan melihat dia tua atau sering sakit, akan tetapi kematian adalah suatu takdir yang sudah di tentukan oleh yang Maha Kuasa sejak berumur 4 bulan dalam kandungan ibu, dengan hal itu, tidaklah seorang muda, tua, sakit, ataupun sehat bukanlah permasalahan. Realitanya bapak Abdullah dengan usianya yang 50 tahun tidak sakit atau dalam keadaan sehat pergi meninggalkan ibu Aminah dan anak-anaknya.
Waktu demi waktu terus berjalan, ibu Aminah sekarang harus bisa menjadi dua peran dalam keluarganya menjadi seorang ibu dan seorang ayah, dia harus banting tulang mencari nafkah untuk membiayai sekolah Hana dan Naura. Apalagi biaya kuliah Hana tidak sedikit perlu kerja keras untuk menghasilkan uang.
”Bu, jangan sedih lagi ya.” Ujar Hana mengusap air mata ibunya.
”Iyah Hana ibu gak sedih kok. Hana ibu takut kamu putus kuliah nak, ibu takut ibu gak bisa membiayai kuliah kamu.” Ujarnya.
Hana  terdiam, dalam hatinya Hana ingin sekali bisa meneruskan pendidikannya. Tapi apalah daya, sekarang Hana menyadari tidak ada sosok ayah dalam keluarganya untuk mencari nafkah.
”Ibu sayang, Hana ikhlas kok kalau Hana putus kuliah. Hana akan mencari kerja untuk menafkahi ibu, dan membiayai sekolah Naura. Dan ini sudah menjadi tangungan Hana bu sebagai anak pertama.” Ujar Hana berusaha tegar.
”Tidak sayang, ibu akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menyekolahkan kamu setinggi-tingginya. Ingat sayang pesan ayah kamu jangan seperti ayah yang hanya pegawai buruh. Kamu harus buktikan kepada semua orang bahwa kamu bisa menjadi orang sukses.” Kata ibu dengan penuh keyakinan.
Hana pun termotivasi kembali oleh sang ibu, semangat Hana kembali meronjak. Ibu baginya bagaikan berlian yang menyinari seluruh alam dia sangat mencintai ibunya. Dia juga tidak mau melihat ibunya sakit lagi, karena ibu merupakan segalanya bagi Hana.
Dua bulan Kemudian.....
......... Sebuah Perjuangan...........
Hana bingung harus bagaimana lagi mencari uang untuk membayar SPP bulan depan. Apabila Hana tidak membayarnya Hana tidak bisa mengikuti ulangan. Meminta kepada ibunya tidak mungkin, karena ibu Aminah tidak mempunyai uang. Tidak memandang kegengsian, mau tidak mau Hana terpaksa berjualan makana ringan di kampungnya. Selain Hana berjualan di kampungnya, Hana juga menjual di kampusnya. Memang tak seberapa keuntungan yang di perolehnya, tapi dengan sungguh-sungguh dan tidak pantang menyerah sedikit demi sedikit uang yang dikumpulkan oleh Hana akan menjadi bukit.  Setiap pagi, sebelum berangkat ke kampus Hana harus mengambil dagangan terlebih dahulu, setiap harinya Hana menjual makanan ringan sampai 30 pcs. Terkadang dagangan Hana tidak terjual semua, Hana hanya mendapatkan upah sehari 15.000 dari hasil jualannya. Perih rasanya berjualan, terkadang terjual semua dan terkadang menyisa, tapi segala sesuatu apapun memerlukan proses, Hana pun yakin kerja kerasnya tidak akan sia-sia. Terkadang celetuhan teman-teman yang membuat Hana tidak enak. Hana tetap tegar dengan semua yang terjadi. Dia berjualan di kampus untuk membantu meringankan beban ibunya untuk membayar SPP bulanan.
Dengan terdiamnya Hana sampai-sampai dia tertidur di meja dimana Hana berjualan. Tiba-tiba datang Azka menghampiri Hana.
”Han... Han.. di panggil bagian keuangan tuh.” Kata Azka membangunkannya.
”Hah.. apa?.” terkejut dan terbangun. ”Di panggil ke ruang keuangan.” Jawab Azka.
Hana pun berlari menuju bagian keuangan, dia terkejut  dibangunkan oleh Azka bahwa dia Hana harus menghadap bagian keuangan, dalam hatinya dia memiliki perasaan bahwa dia harus segera membayar SPP nya.
”Assalamualaikum.” Mengetuk pintu.
”Waalaikum salam, masuk Hana.” Jawab pak Lemos.
“Hana, sengaja saya panggil kamu ke ruangan ini karena berhubung dengan akan dilaksanakan UTS untuk semseter 2, maka dengan itu semua pengadministrasian harus dilengkapi termasuk keuangan harus lunas.” Kata pak Lemos selaku bagian keuangan.
Dugaan Hana pun benar dia harus segera membayar SPP nya. Hana keluar meninggalkan ruangan keuangan dengan langkah perlahan. Dia menagis menuju pohon yang biasa Hana datangi dikala dia sedang sedih, karena bagi Hana itu adalah pohon penyejuk hati. Hana bingung harus mencari uang kemana lagi, sedangkan jatuh tempo tinggal tiga hari lagi. Tiba-tiba datang Saila teman dekat Hana yang mencoba untuk menghibur Hana.
”Han ... kenapa kamu nangis?” ujar Saila penasaran.
Betapa senang menjadi orang kaya, hidup serba berkecukupan, dan apapun yang diinginkan akan terpenuhi, seperti halnya Saila seorang anak orang kaya yang menjadi banyak sorotan, berangkat dan pulang kuliah selalu diantar oleh supir pribadinya. Tanpa ragu lagi Hana menceritakan semuanya kepada Saila, mereka sudah lama berteman dari Sekolah Dasar, tidak heran Hana selalu curhat kepadanya.
”Saila aku bingung harus mencari uang kemana untuk pembayaran SPP kali ini, kalau akau
tidak membayarnya aku tidak bisa mengikuti UTS kali ini Sai.” Ujar Hana.
“Hana kamu pakai uang aku dulu aja ya. InsyaAllah ini cukup untuk membayar SPP kamu.” Ujar Saila teman dekatnya memberikan pinjaman.
“tapi Sai ini kan uang jajan kamu.” Ujarnya.
“gak papa pakai aja ya.” Lanjut Saila.
Hana sangat bersyukur sekali memiliki teman orang kaya, baik dan peduli seperti Saila. Tidak Hana duga sebelumnya bahwa Saila akan memberikan pinjaman uang untuk membayar SPP bulanannya. Dan akhirnya Hana kini bisa mengikuti ujian.
Tibanya di rumah Hana tidak menceritakan bahwa Saila memberikan pinjaman kepadanya yang sampai akhirnya Hana menerima uang tersebut, Hana tidak menceritakannya karena Hana takut akan marah sang ibu.
Keesokan harinya mentari pagi bersinar dengan senyuman riang, suara burung-burung pun bernyanyi dengan eloknya, langit yang kian biru membawa kedamaian hati, hati pun terasa sejuk tentram dalam alunan suara angin yang menghembus.
Sebut dia Hana gadis yang memakai kerudung merah jambu, baju gamis motif bunga-bunga ini setiap paginya sebelum berangkat kuliah dia selalu membantu pekerjaan di rumah, mulai dari mencuci piring sampai menyapu halaman rumah, dan kebetulan hari ini adalah hari libur. Dengan hal itu, Hana bisa meluangkan waktu banyak bersama ibu dan adiknya.
Hana adalah gadis yang terkenal oleh tetangganya, dia memiliki kepribadian baik, peduli pada sesama, pintar, ramah dan murah senyum. Tidak heran tetangganya menyukai Hana karena tingkah lakunya yang sopan.
Tepat di halaman rumahnya.
”Ibu Hana mau bicara sesuatau sama ibu.” Kata Hana.
”Bicara apa nak?” Jawab sang ibu.
“Bu Hana lebih baik berhenti kuliah ya bu, Hana akan mencari kerja, dengan Hana bekerja Hana bisa membantu beban ibu.” Ujar Hana.
”Hana sayang ingat kata ayah mu nak. Jangan seperti ayah yang cuman pekerja buruh. Ibu rela melakukan untuk kamu nak asal kamu jujur sayang, jangan berhenti kuliah yah.” Ujar sang ibu.
Teringat kata-kata sang ayah hati Hana pun terluluhkan kembali oleh perkataan lembut dari sang ibunya. Hana semakin yakin dan semangat untuk berkuliah. Hana juga tidak tinggal diam, segala cara apapun sudah Hana lakukan termasuk mencari pekerjaan untuk sampingannya. Tidak lepas selalu berdoa kepada yang Maha Kuasa agar selalu diberikan kekuatan dan ketabahan hidup serta kelancaran dalam melamar kerja. Tetapi, yang Maha Kuasa berkata lain Hana melamar kerja kemana-man tidak ada satu pun yang menerimanya. Mungkin Allah tidak menghendaki pekerjaan itu buat Hana.
“Perih rasanya mencari uang Rp.1000 juga susah, kini aku merasakan betapa susahnya ayah dulu mencari uang.” Ujar Hana dalam hati.
Seperti pepatah sedikit demi sedikit lama kelamaan menjadi bukit, seperti halnya uang Hana saat ini, hasil jualan sehari-harinya di kampus selalu Hana tabungkan.
Sang Surya mulai menyinari alam ini, hari mulai cerah. Hana berangkat ke kampus dengan jinjingan kresek hitamnya yang berisikan makanan ringan, dengan hati yang senang Hana langsung menemui Saila untuk membayar uang yang Hana pinjam tempo lalu. Dari kejauhan Hana melihat Saila yang berjlan menuju kelasnya.
“Saila tunggu.” Kata Hana berlari menuju Saila.
“Iyah Han.” Sedikit menghampiri Hana.
“Ini Sai uang yang aku pinjam buat bayar SPP ku, makasih ya.” Ujar Hana berterimakasih.
“Kamu sudah ada uangnya?” Tanya Saila.
“Alhamdulillah, aku sedikit ada rezeki Sai.” Jawab Hana.
“Yaudah aku terima, mari kita masuk kelas 10 menit lagi masuk.” Kata Saila mengajak.
Hana dan Saila masuk kelas karena pembelajaran akan segera di mulai. Usai selesai pembelajaran semua mahasiswa beristirahat. Matahari mulai ada pada titik tengah kepala Hana, suara bisikan perut Hana pun terdengar (kruk...kruk...kruk...).
”Hana kamu lapar? mari kita beli makan di bawah.” Kata Saila mengajak.
”Iya Saila, kamu duluan saja ke bawah nanti aku nyusul.” Jawab Hana.
Saila pun pergi ke kantin untuk membeli makanan, sementara Hana menunggu di atas, dan ternyata Hana membawa sebuah kotak kecil yang berisikan nasi dengan lauk pauk seadanya. Itulah sebab Hana tidak ikut ke kantin bersama Saila, karena Hana selalu membawa makan ke kampus. Hana lebih memilih membawa nasi ke kampus daripada uang jajannya harus dikeluarkan. Tepatnya pukul 15:00 Hana pulang dari kampus, bukannya istirahat pulang dari kampus tapi Hana langsung membiasakan diri untuk membatu sang ibunya. Di sisi lain disela-sela kesibukannya Hana terkadang suka iseng membuat tulisan-tulisan serta goresan seperti cerpen, puisi sampai curahan isi hatinya Hana selalu tuangkan ke dalam buku melalaui tinta warna-warninya.
”Kak Hana lagi apa?” tanya sang adik Naura.
”Iyah de, kakak ini lagi iseng aja buat puisi.” Jawab  Hana dengan PD nya.
”Puisi apa nih kak, bacain dong.” Kata Naura membujuk sang kakak.
Hana membacakan puisi buatannya dengan ketulusan hati sampai-sampai Hana dan
Naura pun menangis teringat sosok lelaki yang bijaksana yaitu ayahnya.
DOAKU UNTUK AYAH
                                                Karya : Hana Mumtazah
Rintiknya hujan Malam, mengantarkan kerinduan yang erat.
Gemericiknya air berjatuhan Mengantarkan rasa ingin memelukmu.

Andai.. kau masih ada disampingku, bersamaku, berkumpul dengan kami,
Malam ini tidak akan menjadi sunyi....
Andai.. kau masih ada disampingku, bersamaku, berkumpul dengan kami

Ku peluk erat , Ku cium pipi mu yang keriput, Ku pandang wajahmu yang ceria.
Tapi.... takdir berkata lain,,,,  kita berada didunia yang berbeda.

Semoga kau disana tersenyum melihat ku, semoga kau tenang dalam kerinduanku ini.

Ayah....
Kau kan selalu ku kenang,
Kau kan selalu ku simpan
Karena kau adalah pahlawanku...

Ayah....
Inginku gapai tanganmu.
Inginku bahagiakanmu.....


Ayah...
Kanapa kau pergi dikala aku belum bisa membahagiakanmu....
Ayah... Harapan ku, aku akan selalu membuatmu bahagia.

”Selesai de.” Ujar Hana.
”Kak, puisinya teringat pada ayah, aku ingin bertemu ayah.” Kata Naura.
”Iyah de ayah yang di gambarkan pada puisi tadi adalah gambaran ayah kita. Kakak buat ini khusus untuk ayah. Kita disini hannya bisa mendoakannya saja.” Ujar Hana.
Tinggal menghitung bulan, Ramadhan pun tiba bulan itulah bulan yang dinanti-nanti oleh setiap umat muslim, termasuk dinantikan oleh seorang gadis yang ramah ini, Hana namanya. Setiap datangnya bulan Ramadhan dia sudah mempersiapkan target apa yang harus dia capai. Dan kali ini dia mempunyai target untuk bisa khatam Al-quran dan bisa memiliki ponsel baru.
Tidaklah lama menempuh bulan kemenangan, Bulan Ramadhan pun tiba, memasuki satu Ramadhan ibu Aminah terus menangis teringat suaminya. Hana dan Naura pun sedih di bulan Ramadhan kali ini tidak bersama ayah, hati mulai terkikis, pedih rasanya. Sahur yang biasanya dibangunkan oleh ayah, sahur bersama, buka bersama, kini usailah sudah.
Satu pertiga malam ibu Aminah terbangun dari tidurnya. Ia menyiapkan makan sahur untuk anak-anaknya.
“Hana, Naura bangun nak, mari kita sahur sayang.” Membangunkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.
”Sudah memasuki waktu sahur yah bu?. Tanya Nayra si bungsu.
”Iyah sayang.” Jawab sang ibu.
Hana dan Naura terbangun dari tidurnya, hidaangan makan sahur telah ibu Aminah siapkan diatas meja makan. Sebelum makan sahur ibu Aminah selalu membiasakan kepada Hana dan Naura untuk sholat tahajud terlebih dahulu. Dan itu sudah menjadi rutinitas di keluarga ibu Aminah. Setiap sholatnya Hana selalu menyelipkan do’a untuk ayahnya dan membaca al-quran mengejar target bulan suci kali ini. Setelah selesai sholat tahajud ibu Aminah, Hana dan Naura makan sahur bersama.
”Walaupun sahur kali ini tidak bersama ayah, tapi kita harus selalu kuat yah menjalankannya.” Kata sang ubu.
”Bu andai ada ayah di samping kita, pasti bulan Ramadhan ini akan seru.” Ujar Naura penuh harap.
”Iyah sayang ibu mengerti maksud kamu, tapi kita ingat lagi ini semua kehendak yang Maha Kuasa kita tidak boleh menentang-Nya. Jawab sang ibu berusaha tegar.
Ibu Aminah, Hana dan Naura pun makan sahur tidak lama kemudian suara imsak berkumandang mengingatkan seluruh umat islam yang melaksanakan ibadah puasa untuk tidak makan lagi. (ngiung...ngiung...mgiung...).
”Alhamdulillah sudah imsak, itu artinya kita tidak boleh makan lagi.” Kata ibu.
Setiap hari usai makan sahur Hana bergegas membereskan meja makan dan langsung mencuci piring serta melaksanakan sholat subuh berjamaah, tidak lupa Hana selalu menyempatkan waktu untuk bertadarus sesuai targetnya. Dia juga langsung bersiap-siap untuk berangkat ke kampus dan itu sudah menjadi kebiasaan Hana setiap bulan Ramadhan.
Naura yang masih kecil tidak tahu bagaimana susahnya mencari uang. Dia ingin sekali seperti teman-temanya memiliki baju bagus untuk hari raya idul fitri, dengan lantangnya dia meminta dibelikan baju baru untuk lebaran.
”Bu sebentar lagi lebaran ayolah belikan baju baru, Naura ingin sekali membeli baju lebaran. Teman-teman Naura sudah pada beli bu masa Naura enggak.” Ujar Naura.
”Iyah nak, nanti ibu beliin yah buat Naura.” Jawab sang ibu.
Karena lebaran sebentar lagi tinggal menghitung hari (H-2), minggu-minggu ini Hana disibukan dengan membantu sang ibu membuat kue lebaran untuk dijual kepasaran. Setiap pulang dari kampus Hana langsung mengganti baju dan membantu ibu memasukan kue ke dalam toples. Rutinitas seperti inilah yang dilakukan keluarga Hana setiap bulan Ramdhan membuat kue untuk dipasarka. Masalah keuntungan tidaklah terlalu besar, akan tetapi walaupun sedikit apabila kue terjual semua akan menghasilkan keuntungan yang besar. Selain Hana membantu membuat kue, dia membantu menjualnya di pinggir-pinggir jalan. Rasa malu pasti dirasakan oleh Hana seorang mahasiswa yang harus berjualan di pinggir jalan.
”Besok kita berangkat pagi yah. Hana kamu gak malu untuk berjualan?.” Ujar ibu.
“Kenapa harus malu bu, ini kan pekerjaan halal, lagi pula kalau Hana ingin sesuatu kan harus dengan kerja keras dulu kan bu.” Ujarnya semangat.
Mentari pagi menyongsong indahnya pagi ini. Hana, Naura dan ibunya bersiap-siap untuk berjualan. Tempat berjualan Hana dan ibunya berbeda. Hana degan Naura bergabung, sementara ibunya terpisah. Sebelum berangkat ke lokasi jualan ibu Aminah selalu mengingatkan kepada Hana dan Naura untuk selalu mengingat Allah.
”Hana, Naura jangan lupa sepanjang kamu jualan bacakan selalu lafadz Summum, bukmun, ‘umyun fahum laa yarji’un.”kata ibu mengingatkan.
”Siap bu.”Naura dan Hana serempak.
Di sela-sela kesibukannya Hana menyempatkan waktu untuk membaca al–Qur’an.matahari mulai bersinar dengan terangnya, keringat Hana pun mulai bercucuran tepatnya pukul 11:00 belum ada satu pun pembeli. ”Ya Allah... berilah kemudahan untuk Hana berjualan. Sakit rasanya berjualan tanpa ada pembeli.” Ujarnya dalam hati. 
Tanpa pantang menyerah Hana terus berusaha menawarkan kuenya kepada pejalan kaki maupun yang berkendara. “kue nya bu kue.....kue...”ujar Hana menawarkan.
Karena Hana tidak mudah menyerah dengan kerja kerasnya dagangan Hana laku terjual dengan harga pertoples Rp. 25.000-, Hana juga tidak lupa untuk bersyukur kepada yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rezeki.
”Alhamdulillah ya Allah, Kau Maha pemberi rezeki umatnya.” Kata Hana bersyukur.
”Alhamdulillah kak, kita dapat uang banyak dari hasil jerih payah kita sendiri.” Ujar Naura.
Mereka tersenyum bahagia, kue-kue mereka semua terjual dan mendapatkan keuntungan yang cukup. Apalagi dengan si bungsu Naura yang senang akan baju barunya. ”Bu, ibukan janji pada Naura, ibu mau beliin Naura baju lebaran.” Kata Naura meminta janjinya. ”Iyah Naura, ibu gak lupa kok, Mari !.” Ujar sang ibu mengajak Hana dan Naura berjalan menuju pasar.
Baju lebaran pun di beli oleh ibu Aminah untuk Hana dan Naura, baju yang dibeli tidak begitu bagus dan ataupun mahal, tetapi setidaknya ada untuk hari yang fitri. Walaupun begitu, Hana dan Naura sangat senang dan tidak lupa untuk selalu bersyukur bisa membeli baju hasil jerih parahnya sendiri. ”Bu makasih yah, Naura senang sekali.” Ujar Naura.
”Iyah Naura, maaf yah ibu tidak bisa membelikan baju yang mewah dan mahal.” Ujar sang ibu.
”Bu, kami tidak perlu mewah ataupun bagus. Ini juga Alhamdulillah kita bisa menggunakan baju baru di hari yang fitri.” Ujar Hana tersenyum lebar.
(Allahuakbar.... Allahuakbar.......Allahuakbar......). Suara takbir berkumandang dari penjuru-penjuru masjid. Orang-orang ramai menyalakan lampu obor di luar sana. Bermain, buka bersama dan belanja termasuk teman Hana yaitu Saila yang ingin mangajak Hana untuk keluar rumah, tepat pukul 20:02 Saila datang ke rumah Hana.
 ”Assalamualaikum. Hana..... Hana....” Ujar Saila mengetuk pintu,
Hampir ke lima kalinya Saila mengetuk pintu, namun tidak ada seorang pun yang membukanya, lama kelamaan akhirnya Naura yang masih menggunakan mukena membuka pintu.
“Waalaikumsalam, ada perlu apa ya Kak.” Tanya Naura.
“Kak Hana nya ada?.” Lanjut Saila.
Tiba-tiba ibu Aminah keluar dari kamarnya menuju teras depan rumahnya, karena mendengar ada yang menanyakan anaknya. “ada siapa Naura?.” Ujar sang ibu. “saya Saila bu teman Hana. Apakah Hana nya ada bu? Saya ingin mengajak Hana pergi keluar sebentar. Kata Saila.
Terdengar oleh Saila dari depan teras rumah Hana, ternyata Hana sedang tadarus Al-Quran, dengan itu Saila merasa malu mengajak Hana, dan akhirnya Saila tidak jadi mengajak Hana.
“Hana lagi baca Al-Qur’an?, maaf ya bu jadi engggak enak, yaudah titip salam saja dari Saila ya bu, Saila pamit ya Assalamualaikum.” Kata Saila merasa malu mencium tangan ibu Aminah.
“loh kok...... Waalaikumsalam.” Jawabnya.
Suara takbir berkumandang, waktu sudah mnunjukan pukul 22:09 ibu Aminah dan Naura sudah tertidur lelap, sedangkan Hana dari adzan magrib sampai saat ini pukul 22:09 tidak henti-hentinya melantunkan ayat suci al-Qur’an. Niatnya sunnguh luar biasa, dia hampir selesai menyelesaikan targetnya untuk khatam al-Qura’n. Dan sampai akhirnya Hana tertidur diatas sejadah birunya.
Sepertiga malam Hana terbagun, karena mendengar suara takbir yang terus kian berkumandang indah nan merdu.
“Astagfillullah.” Ujarnya kaget tertidur diatas sejadah.
Dikala ibu dan adiknya tertidur nyenyak, Hana mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud. Dalam sholatnya Hana meminta kepada yang Maha Kuasa semoga amal ibadah di bulan suci Ramadhan ini diterima oleh yang Maha kuasa dan semoga Hana di pertemukan lagi di bulan Ramadhan tahun depan. Setelah sholat tahajud Hana tidak tidur lagi, akan tetapi dia melanjutkan membaca al-Quran sampai terbitnya matahari sebelum imam memasuki mimbar.
Ibu Aminah dan Naura sudah berpakian rapi dan membawa alat sholat untuk pergi ke masjid melaksanakan sholat Id berjamaah, sementara Hana masih terus membaca  al-Quran.
“Kak Hana mari kita ke masjid.” Ujar sang adik mengajak.
“iya, bentar lagi selesai.”jawabnya.
Detik demi detik pun sebelum imam memasuki mimbar Hana selesai mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz di bulan suci Ramadhan tahun ini, al-Qura’n pun selesai Hana khatamkan di bulan suci Ramadhan ini. Hatinya terasa senang bisa khatam al-Qur’an. Hana, Naura dan Ibunya bergegas berangkat ke masjid. Sesampainya di masjid tempat sholat terisi penuh, sampai-sampai jalan untuk kendaraan pun di gunakan untuk sholat idul fitri. Mereka kebagian shaf terakhir karena kesiangan.
”Subhannallah bu penuh sekali.” Kata Hana memuji nikmat-Nya.
Alangkah indahnya dan bahagianya apabila ada bapak Abdullah di dsekitar mereka. canda tawa bersama, kumpul bersama. Kini hati mulai terkikis pedih, raga mulai terpukul kesakitan.
“bu kita ke makam ayah kan sekarang?.” Tanya si bungsu.
“iya sayang.” Jawabnya.
Ziarah makam telah selesai dilakukan Hana, Naura dan Ibu Aminah, air mata yang kian mengalir tanpa henti pada hari raya ini, goncangan hati yang bergebu-gebu membuat hati Hana terpukul. Baru kali ini merasakan lebaran tanpa sang ayah.

Kebahagiaan merupakan keadaan atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan cinta. Wajar setiap manusia berburu kebahagian dunia dan akhirat. Karena pada dasarnya setiap manusia ingin hidup bahagia. Tentunya yang dirasakan keluarga Hana yang serba kecukupan ini hidup dengan bahagia walaupun tidak ada seorang ayah. Dua tahun yang lalu kepedihan dialami oleh  keluarga Hana, jeritan hingga tangisan yang kian mengguncangkan dan hati yang kian terkikis retak. Tapi dibalik semua itu Allah SWT maha pengasih dan penyayang bahkan adil pada umat-Nya. Allah memberikan kenikmatan hidup bagi Hana, Naura dan Ibu Aminah. Kini keluarga Hana merasakan kebahagian yang sempurna, walaupun tidak ada sosok ayah yang selalu disampingnya. Ibu Aminah ibu dari  Naura dan Hana sekarang memiliki toko kue, walaupun usahanya belum meronjak tinggi, akan tetapi dengan selalu bersyukur akan pemberian Allah SWT semua itu akan terasa indah. Wajar selalu bahagialah keluarga Hana.
“Ibu Alhamdulillah ya, sekarang kita punya toko.” Ujar Naura.
“Iyah alhamdulillah ini berkat doa anak sholeh juga.” Ujar sang ibu mengelus kepala Naura.
Toko kue Ibu Aminah sangat ramai dikunjungi oleh pejalan kaki sampai kendaraan beroda empat. Karena lokasinya yang cukup ramai setiap hari berjualan kue yang di produksi setiap harinya laku terjual semua. Setiap harinya Hana dan Naura disibukan membantu ibunya membuat kue sampai melayani para konsumen, hingga saatnya matahari terbenam ibu Aminah, Naura dan Hana masih melayani para konsumen nya.
Adzan mahgrib pun berkumandang, kue yang yang di produksi hari ini terjual laku semua seperti hari-hari sebelumnya.
“Alhamdulillah bu, kue nya terjual semua, yasudah bu kita tutup saja tokonya dan kita sholat berjamaah.” Ujar Hana mengajak.
“Iya mari.” Jawabnya.
Usai mengerjakan sholat berjamaah Ibu Aminah langsung pergi ke dapur untuk membuat adonan kue, semesntara Hana tidak berhentinya membiasakan diri untuk membaca al-Qur’an setiap sholat fardhunya.
Keluarga mana yang tidak bahagia, bekerja keras ikhtiar dan disertai beribadah taat kepada-Nya, seperti halnya Hana yang pekerja keras membantu meringankan beban ibunya dan dia selalu beribadah taat kepda yang Maha Kuasa, tidak heran setiap langkah hidupnya selalu di mudahkan. Usai membaca al-Quran Hana langsung pergi ke dapur membantu Ibu dan Naura.
“bu ada yang bisa Hana bantu.” Tanya Hana.
“gak papa Hana, kamu belajar saja ya, besok kan kamu harus kuliah bukan? Terus kamu kan sebentar lagi mau sidang skipsi kamu belajar ya. lagi pula ini sudah hampir selesai.” Jawab ibu.
“iya kak, kakak belajar saja, biar Naura yang bantu ibu.” Ujar Naura.
Hana sangat bahagia, melihat keluarganya tersenyum senang, tidak ada beban yang dipikirkan. Gadis ini yang kian meranjak dewasa sudah memiliki pemikiran yang luas, kini empat tahun lamanya Hana berkuliah dan sampai akhirnya saat ini Hana menghadapi skipsi S1 nya. Tidaklah mudah menyelesaikan skripsi, demgan kesibukan Hana di kampus karena menjelang sidang Hana tetap membantu sang ibu membuat kue yang akan dijual di toko nya.
Pagi yang cerah dan mentari tersenyum lebar menggambarkan sosok Hana pada hari itu, dengan pakaian yang rapi menggunakan jas biru, rok span dan sepatu pentoplenya dengan kerudung dimasukan ke dalam.
“kamu cantik Hana.” Kata sang ibu.
“masa sih bu?.” Tersenyum di depan cermin.
“bener kata ibu, kak Hana cantik ciee....” Menggodanya.
“Issh .. Naura, ayo kamu berangkat sekolah nanti kamu kesiangan loh.” Kata Hana.
Sebelum Hana berangkat kuliah dan sekolah Naura, mereka bercanda tawa bersama, guyonan yang selalu membuat mereka tertawa.
“yasudah bu, Hana berangkat dulu ya doakan Hana semoga lancar sekarang Hana latihan sidangnya.” Kata Hana.
“tidak perlu  kau pinta Hana, doa ibu untuk mu selalu ibu panjatkan setiap harinya.” Ujar ibu.
“terimakasih bu, memang ibu adalah malaikat ku.” Lanjut Hana.
Tangan sang ibu pun Hana cium dengan tulus, meminta keberkahan dan keridhoan sang ibu. Hana ke kampus menggunakan angkutan umum bersama adiknya karena sekolah Naura satu arah dengan tempat kuliah Hana, hampir lima menit lagi Hana terlambat, untungnya masih dalam persiapan, para dosen pun belum memasuki ruangan.
Latihan sidang pun berjalan dengan lancar, semua di lakukakan dengan semaksimal mungkin. Dan sidang skripsi pun akan di lakukan dua minggu lagi. Hana harus ekstra berlatih dengan keras memahi skripsi yang dia buat. Dengan kesibukan Hana di setiap harinya, sampai-sampai dia lupa hari ini adalah hari kelahiranya. Terlihat dari jauh sosok laki-laki dan perempuan yang membawa sebuah kue untuk Hana, ternyata dia adalah Azka dan Saila.
“happy Birhday Hana...” menyanyikan lagu selamat ualang tahun.
Hana tidak bisa berkata apa-apa, dia sendiri lupa bahwa hari ini adalah ulang tahunnya.
“Kalian..... makasih.” Ujar Hana dengan bahagia.
“selamat ulang tahun ya Hana, semoga kamu jadi anak yang sholeh dan apa yang di cia-cita kan terkabul.” Kata Azka,
“makasih Ka.” Katanya.
“yasudah sebelum tiup lilin, Hana kamu berdoa dulu, sebutkan apa yang kamu mau di usia kamu yang ke 21 ini.” Kata Saila teman dekatnya.
“ya Allah, semoga di usia Hana yang ke 21 ini, Hana d jadikan anak yang sholeh, dan semua yang menyayangi Hana termasuk ibu selalu ada dalam lindungan-Mu satu lagi semoga Hana di lancarkan skripsinya amin.” Ujar Hana dalam Hati.
Segala doa sudah Hana panjatkan. Dia merasa senang sekali memiliki teman sebaik Azka dan Saila, mereka lah yang selalu ada di saat Hana butuhkan.
Azka yang dari dulu menyukai Hana sampai saat ini dia belum saja mengungkapkan rasa cintanya, karena Azka sendiri sudah mempunyai janji pada dirinya akan mengungkapkan rasa cinta ini setelah Azka menjadi sarjana dan sukses.
Pulang dari kampus Hana mendapat kejutan dari sang ibu dan adiknya. Hana merasa mempunyai keluarga lengkap. Bukan kado yang bagus atau mewah yang diberikan oleh ibu Aminah tapi, kado ini adalah spesial di buat oleh ibu Aminah yaitu baju rajut, ibu Aminah ternyata setiap usai membuat adonan kue dia juga membuat baju untuk Hana.
“ makasih ya bu, Hana suka sekali dengan baju rajutnya.” Katanya.
“maaf ya, ibu tidak bisa memberikan barang mewah.” Ujarnya.
“gak papa bu, ini juga sudah mewah buat Hana.” Lanjut Hana,
Dua minggu kemudian, langit mulai gelap, bintang-bintang bersinar menerangi malam, Hana yang terus berlatih persentasi dan memahami isi dari skripsi yang ia buat lama kelamaan mulai merasakan lelah, Hana tanpa sadar tertidur lelap hingga akhirnya suara ayam jago pun terdengar olehnya. Hana bergegas bangun dari tempat tidur nya pergi menuju kamar mandi, usai sholat dan lainnya Hana menyempatkan waktu untuk membereskan seluruh ruangan rumahnya termasuk tokonya.
“Hana kamu kan hari ini sidang kan?.” Tanya ibu.
“iya bu, Jawabnya.
“yasudah berangkat sekarang biar ibu yang melanjutkan beres-beresnya.” Kata ibu.
“maaf ya bu jadi ibu yang nyapu, Hana berangkat dulu ya, doakan Hana semoga di lancarkan semuanya.” Ujar Hana.
“pasti.”
Tibanya di kampus Hana langsung bersiap-siap melakukan sidang, sama seperti halnya Saila dan Azka yang akan sidang hari ini juga. Tidak lama kemudia mereka bertiga keluar dari ruangan, sidang mereka alhamdulillah di lancarkan, mereka tidak lupa selalu bersyukur kepada Allah SWT, mereka juga diterima kerja di Bank Internasional, mereka bangga dengan apa yang mereka capai saat ini. Termasuk Hana seorang anak dari keluarga yang sederhana bisa menjadi pegawai Bank Internasional sebagai kepala cabangnya.
Begitu pun dengan Azka yang bekerja di satu Bank yang sama namun berbeda tempat merasakan senang karena usahanya tidak sia-sia. Seorang Azka yang menjadi sorotan para wanita ini mulai mengungkapkan rasa cintanya pada Hana, perempuan yang ia sukai sejak masuk kuliah dulu.
“Han....” menyapanya.
“Iya Ka, ada apa?.” Bertanya.
“Han, aku sayang kamu sejak pertama kita ketemu, aku ingin menjaga mu, aku ingin selalu ada di sampingmu, mau kah kamu jadi pedamping dalam hidupku?.” Tanya Azka.
Hana terkejut dengan perkataan Azka yang secara langsung menyatakan cintanya. Dia tidak bisa berkata apa-apa, hanya senyum senang  dan tersipuh malu yang Hana rasakan saat ini, karena Hana memiliki perasaan yang sama.
“hmmmm......iya.” jawab Hana denga malunya.”
“makasih Han.” Ujarnya.
Dan akhirnya mereka menjalin hubungan satu sama lainnya, setelah menyimpan rasa sampai empat tahun lamanya. Hana seorang anak yang pekerja keras akhirnya bisa mengangkat derajat orangtuanya.
Hana pulang dari kampus membawa kabar gembira untuk sang ibu, dengan wajah yang ceria dan penuh kebahagiaan.
“Asslamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Jawab ibu dan Naura.
“Bu alhamdulillah sidangnya di lancarkan dan Hana diterima kerja di Bank Internasional.” Kata Hana penuh kebahagian.
“alhamdulillah, ibu bangga padamu nak dan pasti ayahmu senang melihat mu seperti ini nak.” Menangis terhaa dan memeluknya.
Usaha Hana tidaklah sia-sia, belajar dengan sungguh-sungguh bekerja keras sampai berjualan pun ia lakukan, sampai akhirnya Hana bisa mengangkat derajat orangtua dan membuktikan kepada orang-orang bahwa seorang Hana anak dari seorang buruh bisa menjadi orang sukses menjadi kepala cabang di Bank Internasional, selain itu juga saat ini dia menjadi donatur pondok pesantren. Karena menjadi seorang donatur adalah cita-cita Hana waktu kecil, serta sebagai kakak, Hana janji pada dirinya untuk menyekolahkan Naura setinggi-tingginya, dan kebutuhan ekonomi keluarga pun tercukupi sampai akhirnya Hana dan kelurga hidup sejahtera.