Eneng Fitri Handayani
Segala sesuatu di dunia ini mengalami
perubahan, dan tidak ada yang berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan
selalu membawa manusia dari generasi ke generasi menuju perkembangan zaman. Lantas
bagaimana Indonesia? Bukankah sudah mengikuti perkembangan? Indonesia yang
berkependudukan mencapai 265 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17
juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan. Seharusnya mampu mengimbangi
perubahan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun sejak Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
ini tidak dapat dipungkiri Industri 4.0 sudah di depan mata. Bahkan revolusi
industri generasi keempat ini telah terdengar nyaring dibicarakan di Indonesia.
Indonesia kini menghadapi era
Industri 4.0, yang ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi. Namun, tidak
banyak yang mengetahui hal ini, artian lain bahwa belum semua lapisan
masyarakat menyadari konsekuensi logis atau dampak dari perubahan-perubahan
yang ditimbulkannya. Revolusi industri 4.0 tidak hanya mengubah industri, namun
juga pekerjaan, cara berkomunikasi, berbelanja, bertransaksi, hingga gaya
hidup. Bahkan, fakta-fakta perubahan itu masih sering diperdebatkan. contohnya,
banyaknya toko konvensional di pusat belanja yang tutup dengan argumentasi
bahwa kecenderungan itu disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat.
Padahal, toko-toko konvensional memang mulai menghadapi masalah serius atau
minim pengunjung karena sebagian masyarakat lebih memilih sistem belanja online. Dari mulai belanja baju, sepatu
dan kebutuhan lainnya hingga membeli makanan pun semuanya menggunakan sistem online karena lebih hemat dan murah.
Di Era Industri 4.0 akan terus
menghadirkan banyak perubahan yang tidak bisa dicegah. Dengan demikian perlu
diberikannya pemahaman-pemahaman yang mampu merespon perubahan-perubahan
tersebut. Lalu apa peran kita sebagai Mahasiswa
yang mempunyai peran Bela Negara di zaman milenial dalam menghadapi industri
4.0?
Selain pemerintah mencanangkan
program Making Indonesia 4.0 yang
merupakan peta jalan (roadmap). Disini
kaum milineal sangat mempunyai peran penting pada industri 4.0 yang dapat
bersaing di masa yang akan datang, karena industri 4.0 ini memiliki peluang yang
besar terhadap kehidupan, banyak kemudahan yang diperoleh dengan adanya
dukungan teknologi digital yang canggih. Namun demikian, juga memiliki dampak
negatif peran manusia setahap demi setahap diambil alih oleh mesin, dan
akhirnya terjadi jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Hal ini
merupakan sebuah masalah yang benar-benar harus diperhatikan. Oleh karena itu
untuk menjawab peluang dan tantangan industri 4.0 generasi milineal harus mampu
meningkatkan skill dalam mengolah dan
menganalisis semua permasalahan dengan peningkatan kompetensi, kemampuan
kerjasama terutama dalam menguasai teknologi dan kemampuan untuk terus belajar
terhadap perubahan lingkungan. Tidak hanya itu, pembekalan-pembekalan sejak
dini pun seperti pendidikan formal maupun informal untuk menunjang perubahan
industri 4.0 merupakan hal yang terpenting. Teknologi yang semakin mudah
terakses hingga ke pelosok-pelosok menyebabkan semua orang dapat dengan mudah
terhubung dengan media sosial bahkan saling berinteraksi. Menurut Airlangga, Menteri
Perindustrian RI dan inisiator Indonesia 4.0, sekaligus Ketua Umum Golkar, Indonesia memerlukan sekitar 17 juta
tenaga kerja yang melek teknologi digital pada tahun 2030. Timbulah pertanyaan,
kenapa harus 17 Juta? Karena seperti yang dijelaskan di Era Industri 4.0 ini
banyak sekali peluang dan tantangan yang akan dihadapi.
Dengan demikian, kesadaran Bela
Negara itu penting untuk ditanamkan kepada seluruh warga negara dan sejalan
dengan program Revolusi Mental yang dicanangkan pemerintah sekaligus membangun
daya tangkal bangsa dalam menghadapi berbagai masalah serta ancaman guna
mewujudkan pertahanan nasional yang tangguh.
0 komentar:
Posting Komentar